Unordered List

6/recent/ticker-posts

Pantai dan Perahu Menjadi Saksi Bisu

 


Hari ini Gereja merayakan Hari Raya St. Petrus dan St. Paulus, rasul. Membaca sejarah perjalanan dua rasul ini memberikan warna perjalanan Gereja dan karya-karya pewartaan tentang Kristus. Petrus dengan nama asli Simon dan Andreas saudaranya, bisa dijumpai dalam kisah pemanggilan murid-murid Yesus yang pertama. “Mari, ikutlah Aku!” Kamu akan Kujadikan penjala manusia. Perjumpaan dan awal mula Yesus memanggil mereka untuk menjadi murid pertama, tentu ada kebanggaan tersendiri dan tetapi hal lain yang menjadi pertanyaan penting adalah mengapa mereka tidak protes terhadap tawaran Yesus untuk menjadi pengikut-Nya? Mereka pasti tahu tentang siapa itu Mesias yang memanggil mereka sehingga mereka bisa melepaskan segala-galanya demi Sang Guru yang memanggil. Ada kemungkinan lain, Andreas saudaranya lebih tahu tentang Mesias yang dijanjikan Allah karena Andreas sendiri merupakan salah satu dari murid Yohanes Pembaptis. Karena itu di antara mereka sebagai saudara saling memberikan peneguhan untuk menjadi pengikut-Nya.

Menarik bahwa kisah mereka tidak berhenti di tepi pantai. Mereka segera meninggalkan jala yang menjadi milik berharga sebagai seorang nelayan. Sikap lepas bebas ini menjadi syarat untuk mau mengikuti panggilan-Nya karena hanya dengan sikap penuh kebebasan ini, ada pengosongan diri dan tidak terikat oleh apa dan siapa pun. Bentangan pantai dan perahu menjadi saksi bisu atas panggilan berahmat itu. Simon yang disebut Petrus dan Andreas saudaranya telah dimatangkan mentalnya oleh lautan yang ganas setiap kali menerjang buritan perahu. Memang, seorang pelaut tidak dilahirkan dari lautan yang tenang tetapi justeru oleh ganasnya ombak, memberikan pelajaran berharga untuk bagaimana bertahan di tengah ombak itu.  

Pengalaman sebagai nelayan yang lihai bermain bersama ganasnya ombak itu, menjadikan Petrus tetap tegar dan setia. Ia bahkan  mendapat tugas penting, yakni menjadi kepala atas para rasul. Ia dipilih Yesus untuk menjadi kepala atas para rasul bukan karena kesucian dirinya. Kita tahu bahwa Petrus salah satu murid kesayangan-Nya tetapi pernah menyangkal-Nya tiga kali. Petrus, juga seperti manusia lain yang terkadang tidak memiliki prinsip yang kuat tetapi karena keterbukaan atas kelemahan di hadapan-Nya maka ia mendapat mandat penting. Di atas pundaknya juga, Yesus mendirikan Gereja. “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya.”

Kisah lain yang tidak kalah penting adalah Paulus. Nama aslinya Saulus sebelum mengalami pertobatan. Saulus dikenal sadis karena selalu mengejar dan menganiaya mereka yang menamakan diri sebagai pengikut Kristus. Sampai suatu ketika di gerbang menuju kota Damsyik, ia jatuh dari kuda setelah disorot oleh sinar yang sangat tajam. Ia jatuh dan tidak menyadarkan diri. Pada peristiwa ini Saulus mengalami kehadiran Kristus dalam dirinya dan pada akhirnya ia mengalami pertobatan. Ia mengenakan nama baru, Paulus.

Walaupun Paulus bukanlah salah satu dari kedua belas murid Yesus, tetapi peranannya menjadi penting dalam karya pewartaan tentang Kristus. Kehadirannya di tengah kelompok murid Yesus setelah kematian dan kebangkitan-Nya berkat peranan Barnabas. Nama asli Barnabas adalah Yusuf. Arti nama Barnabas adalah anak penghiburan. Berkat Barnabas maka Paulus diterima dalam kalangan para rasul. Paulus menjadi pewarta terbesar dan menjadi pendobrak yang melampui batas. Jika pewartaan Petrus lebih berkonsentrasi pada kelompok-kelompok berdarah Yahudi, maka Paulus lebih memilih mewartakan Kristus di luar kelompok-kelompok Yahudi. Baik Petrus maupun Paulus, mereka menjadi saksi dan mewartakan Kristus tanpa takut. Bahkan Petrus sendiri dihukum mati dan disalibkan dengan kepala ke bawah. Salib menjadi jaminan keselamatan bagi mereka yang setia mewartakan Kristus.***(Valery Kopong)

Posting Komentar

0 Komentar