Beberapa waktu lalu, seorang anggota keluarga
yang hidup di sebuah daerah di Kalimantan mengalami musibah. Kecelakaan yang
dialami itu membuat isterinya harus meregang nyawa seketika. Orang-orang
serumah merasa kehilangan begitu singkat. Saya sendiri yang hanya berkomunikasi
di media sosial juga merasa kaget dan tidak percaya karena pada pagi hari, ia
masih mengomentari postingan saya di FB. Ia, korban kecelakaan itu selama ini
menjadi komentator tetap di FB saya ketika saya mengupload flyer yang
membangkitkan motivasi bagi siapa saja untuk menjalani kehidupan ini.
Siapa pun di dunia ini tak pernah tahu, kapan
kematian itu menjemput dan dengan cara seperti apa ia mengalami kematian itu. Kecanggihan
teknologi saat ini yang berpengaruh pada hampir seluruh lini kehidupan, namun
tidak sanggup memprediksi kapan dan dengan cara apa seseorang itu mengakhiri
hidupnya di dunia ini. Semua menjadi misteri dan dalam ruang kegelapan itu,
hanya kepasrahan diri yang sanggup menerima kematian sebagai sebuah takdir yang
tidak bisa dielakan lagi.
Jenazah keluarga yang meninggal di Kalimatan
itu pada akhirnya dibawa pulang ke kampung. Orang-orang kampung yang menerima
kepulangan jenazah seakan larut dalam kesedihan mendalam. Semua pelayat
sepertinya kehilangan kepercayaan pada Allah yang tidak memberikan ruang
kehidupan pada anggota keluarga yang sangat dicintai. Ada pemberontakan batin
yang terlontar dari keluarga berduka pada Allah. Mengapa Allah begitu tega
mengambil milik kepunyaan secara sadis? Apakah Allah kehilangan kasih sayang
pada manusia, terutama pada keluarga korban?
Setiap manusia yang menjalani kehidupan ini
pasti akan berakhir. Itu berarti bahwa kehidupan ini hanyalah sementara. Tak ada
yang abadi dalam hidup. Dia yang menganugerahkan kehidupan akan memberikan
ganjaran untuk kehidupan abadi di surga. Cara satu-satunya yang harus dilakukan
dalam ruang kedukaan adalah doa dan pasrah diri pada Allah sebagai
penyelenggara kehidupan dan memberikan jaminan untuk kehidupan kekal. Doa yang
paling tulus ketika berhadapan dengan kematian seorang anggota keluarga adalah “tangisan.”
Menangis adalah ekspresi doa paling
otentik di saat duka. Kematianmu membawa kesepian pada media sosial. Tak ada
lagi yang mengomentari postinganku di FB. Berdamailah dengan kehilangan itu.***(Valery
Kopong)
0 Komentar