Unordered List

6/recent/ticker-posts

“Berdamai Dengan Kehilangan”

 


Beberapa waktu lalu, seorang anggota keluarga yang hidup di sebuah daerah di Kalimantan mengalami musibah. Kecelakaan yang dialami itu membuat isterinya harus meregang nyawa seketika. Orang-orang serumah merasa kehilangan begitu singkat. Saya sendiri yang hanya berkomunikasi di media sosial juga merasa kaget dan tidak percaya karena pada pagi hari, ia masih mengomentari postingan saya di FB. Ia, korban kecelakaan itu selama ini menjadi komentator tetap di FB saya ketika saya mengupload flyer yang membangkitkan motivasi bagi siapa saja untuk menjalani kehidupan ini.

Siapa pun di dunia ini tak pernah tahu, kapan kematian itu menjemput dan dengan cara seperti apa ia mengalami kematian itu. Kecanggihan teknologi saat ini yang berpengaruh pada hampir seluruh lini kehidupan, namun tidak sanggup memprediksi kapan dan dengan cara apa seseorang itu mengakhiri hidupnya di dunia ini. Semua menjadi misteri dan dalam ruang kegelapan itu, hanya kepasrahan diri yang sanggup menerima kematian sebagai sebuah takdir yang tidak bisa dielakan lagi.

Jenazah keluarga yang meninggal di Kalimatan itu pada akhirnya dibawa pulang ke kampung. Orang-orang kampung yang menerima kepulangan jenazah seakan larut dalam kesedihan mendalam. Semua pelayat sepertinya kehilangan kepercayaan pada Allah yang tidak memberikan ruang kehidupan pada anggota keluarga yang sangat dicintai. Ada pemberontakan batin yang terlontar dari keluarga berduka pada Allah. Mengapa Allah begitu tega mengambil milik kepunyaan secara sadis? Apakah Allah kehilangan kasih sayang pada manusia, terutama pada keluarga korban?

Setiap manusia yang menjalani kehidupan ini pasti akan berakhir. Itu berarti bahwa kehidupan ini hanyalah sementara. Tak ada yang abadi dalam hidup. Dia yang menganugerahkan kehidupan akan memberikan ganjaran untuk kehidupan abadi di surga. Cara satu-satunya yang harus dilakukan dalam ruang kedukaan adalah doa dan pasrah diri pada Allah sebagai penyelenggara kehidupan dan memberikan jaminan untuk kehidupan kekal. Doa yang paling tulus ketika berhadapan dengan kematian seorang anggota keluarga adalah “tangisan.” Menangis adalah  ekspresi doa paling otentik di saat duka. Kematianmu membawa kesepian pada media sosial. Tak ada lagi yang mengomentari postinganku di FB. Berdamailah dengan kehilangan itu.***(Valery Kopong)

Posting Komentar

0 Komentar