Janji tak selamanya dilakukan dan diwujudkan dengan mudah. Kendati demikian ternyata tidak mudah memenuhi janji dan panggilan untuk menjadi orang tua dikamnai sebagi suatu proses. Tidak jarang ada luka yang di torehkan orangtua kepada anak dalam upaya mendisiplinkan anak. Ada seorang yang bernama Sesilia Ivonne Linanto saat ini ia sebagai Koordinator Moka yang ingin memberikan kesaksian imannya tentang Moka (Menjadi Orang Tua Katolik). Moka itu akronim dari Menjadi Orang tua Katolik.
Sebuah program dari KOMKK KAJ yang dipersembahkan untuk para orang tua,dalam
membesarkan anak-anak secara Katolik. Moka berbeda dengan program-program parenting, karena memakai
metode “Self-Donative Parenting” di singkat SDP yang di dasarkan pada Teologi
Tubuh dari Paus Yohanes Paulus II. Program SDP ini baik untuk orang tua bagaimana
memberikan diri seutuhnya kepada anak. Selama masa tumbuh kembang anak-anak orang tua
tidak hanya di berikan tips-tips saja,namun di berikan panduan dalam
mendampingi anak-anaknya secara katolik.
Program SDP juga menggambarkan bagaimana Allah Bapa melalui Yesus Kristus memberikan
seluruh hidupnya untuk manusia yang di cintainya,demikian juga orang tua perlu
memberikan seluruh kehadiran dirinya secara nyata bagi anak-anaknya. Baptis bayi juga
merupakan salah satu tugas penting orang tua dalam menanamkan iman kepada anak
dari awal sebelum anak-anak mulai mengikuti Bina Iman Anak.
Orang tua Katolik mengajarkan nilai-nilai moral kepada anak dengan cara orang tua
menjadi teladan dan contoh bagi anak-anak dalam mempraktekkan ajaran agama
katolik;mengajarkan dan mengenalkan doa;membaca kitab suci bersama-sama,pergi
ke gereja bersama-sama dan mengajak anak-anak terlibat dalam kegiatan dan
pelayanan di gereja.Tugas orang tua untuk membimbing iman anak-anak tetap
mendapatkan penekanan,apalagi anak-anak sudah akan menerimakan Komunitas
Pertama.
Orang tua juga perlu menanamkan cinta gereja Katolik kepada
anak-anak dengan cara membawa dan mengenalkan gereja Katolik sejak kecil
dan melibatkan anak-anak dalam kegiatan yang ada di gereja. Pada masa ini,peran
orang tua tidak berkurang,bahkan perlu bekerja lebih keras untuk menjangkau dan
merangkul anak-anak untuk membentuk identitas diri yang positif sesuai dengan
citra diri sebagai anak Tuhan. Doa dalam kehidupan keluarga katolik dan orang tua
perlu mengintegrasikan rutinitas doa sehari-hari kepada anak dengan cara doa
merupakan bagian penting dari pembentukan keimanan dan juga berperan penting
dalam kehidupan keluarga katolik.
Dengan berdoa,iman akan tetap tumbuh dan terpelihara serta selalu
menyandarkan hidup kepada Tuhan.Doa bisa di lakukan secara pribadi atau pun doa
secara bersama-sama dalam keluarga atau komunitas.Orang tua dapat mengajarkan
dan mempraktekkan doa dengan berbagai cara sejak dini kepada anak-anak.Di masa
ini orang tua juga perlu memastikan perkembangan iman anak remajanya,terutama
dengan mengikuti persiapan Krisma.Cara orang tua mengajarkan anak-anak tentang
sakramen-sakramen Gereja Katolik dengan menjelaskan kepada anak-anak tentang
sakramen-sakramen katolik seperti baptisan,ekaristi dan penguatan.
Orang tua juga perlu terus memberikan teladan dengan membangun relasi
keluarga yang intim dan membangun hubungan dengan Tuhan Yesus.Yang harus di
lakukan orang tua saat anak mengalami keraguan iman dengan mendoakan,mengajak
anak untuk diskusi,mengajak anak untuk doa bersama dan meminta bantuan
pendampingan seperti romo.Teknologi hadir begitu lekat dalam kehidupan
sehari-hari tidak terkecuali anak-anak.
Untuk membentuk keluarga yang kokoh secara spiritual dengan cara
mencintai satu sama lain,menciptakan kedamaian di dalam keluarga,melakukan doa
dan membaca kitab suci secara bersama-sama dan melayani secara bersama-sama. Saat orang tua
sibuk,gadget di gunakan sebagai alat untuk menenangkan anak-anak supaya tidak
rewel.Padahal hal tersebut memiliki dampak negatif bagi anak karena mereka akan
mudah meniru hal yang di lihat tanpa bisa menyaring mana yang layak di contoh
dengan yang tidak.Selain itu dalam berkomunikasi orang tua perlu menggunakan
kalimat-kalimat positif sehingga menciptakan ingatan positif bagi anak bahwa
keluarga adalah tempat yang aman dan nyaman bagi mereka.
Rani Wijaya, Ketua Smart Grateful Family-Program Prioritas
Paroki memberikan kesaksian imannya. Smart Grateful Family adalah program karya
prioritas paroki Kalideres. Romo, Dewan
paroki, Kategorial dan lain-lain mendukung penuh kegiatan bertemakan Parenting
ini.
Rani Wijaya
SGF dikemas dalam rangkaian kegiatan dikhususkan untuk orang tua dan
anak, yang digelar dalam format workshop, seminar dan playdate seru yang
mengedepankan transformasi keluarga Katolik dengan value SMI.SGF terdiri dari 3
station yang wajib diikuti :
Tujuan SGF adalah sebagai realisasi dari rapat kerja Paroki Kalideres
untuk program karya prioritas Paroki Kalideres; menjadikan SGF sebagai sarana
orang tua umat Paroki Kalideres mendapatkan ilmu parenting yang mengedepankan
transformasi keluarga katolik yang bertumbuh dalam iman dan Tuhan;dan menghadirkan
dan menguatkan SMI Values dalam kehidupan keluarga : SMART (Syukur, Mengasihi,
Atensi/Peduli, Rendah Hati dan Tanggung Jawab).
Definisi tentang keluarga smart Grateful adalah
keluarga Katolik yang dipenuhi senantiasa rasa syukur dan mau bertransformasi
menjadi keluarga yang “SMART”. Cara membangun sikap bersyukur dalam keluarga dengan
menyadari hal-hal apa saja yang bisa disyukuri. Dimulai dengan apa yang
dirasakan,seperti bersyukur bisa bangun pagi dengan badan sehat, bisa makan siang
tepat waktu, bisa menyempatkan waktu berolahraga,dan lain-lain;menunjukkan rasa
terima kasih;dan menyadari apa yang dirasakan ketika diberikan atau memiliki
berbagai hal.Strategi atau praktik “smart” yang bisa diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari keluarga ialah SMART (syukur,mengasihi,atensi atau peduli,rendah
hati dan tanggung jawab).Mengajarkan anak-anak untuk menghargai hal-hal kecil
dalam kehidupan dengan menunjukkan bahwa yang dilakukan sekecil apapun akan
memberikan bahagia untuk diri sendiri bahkan orang lain.
Manfaat dari memiliki keluarga yang mengutamakan sikap bersyukur ialah keluarga akan bertumbuh kuat dalam keimanan akan Tuhan dan relasi antar anggota keluarga akan semakin kuat dan mengasihi.Cara menghadapi tantangan dan kesulitan dalam hidup dengan sikap bersyukur dengan berrsyukur adalah tantangan sepanjang waktu kita diberikan hidup oleh Tuhan. Bersyukur menjadi obat yang menenangkan dan melengkapi akan tantangan/kendala yang kerap hadir di kehidupan.Namun terkadang kita lupa bersyukur, terlebih di saat senang dan bahagia.Padahal saat senang pun bersyukur itu akan menjadi kekuatan dan refleksi yang menguatkan.
Kegiatan dimulai pada 13 Juli 2024 bertempat di aula Paroki Kalideres, Gereja St Maria Imaculata. Pembicara yang hadir P. Antonius Radjabana, OMI(** Susan Sandy)
0 Komentar