LAHIR sebagai Katolik tidak
otomatis mudah menjawab panggilan Tuhan, apalagi keluarga yang semula bukan
Katolik. Demikian refleksi sosok imam yang berkartya di negeri Paman Sam ini.
"Benih panggilan untuk
menjadi biarawan/biarawati, banyak beranggapan
bahwa dari keluarga Katolik maka berjalan mulus, tanpa hambatan, namun tidak
demikian. Semuanya punya tantangan tersendiri”.
Hal
ini terungkap saat ngobol dengan P. Beny Leu, SVD melalui percakapan WA belum
lama ini. Pater Beny, sekarang sebagai misionaris dan Pastor Paroki di Paroki Quen of Angels Catholic Church di
Riverside Keuskupan San Bernadino California Amerika Serikat, mengungkapkan,
bahwa dalam proses pendidikan sampai pentahbisannya,
ada tiga kata kunci yg menjadi fokus permenungan; panggilan, tantangan dan
solusi. Saat panggilan, benih mulai tumbuh menjadi rohaniwan, dan banyak
pandangan menyatakan bahwa lahir Katolik maka otomatis menjadi pastor, tidak sedemikian
gampangnya, apa lagi kalau bukan dari keluarga Katolik seperti Pater Beni,
panggilan adalahsuatu hal yang tidak semulus dibayangkan.
Tantangan
merupakan kesempatan melihat bagaimana bisa mencapai tujuan dan solusi adalah
jalan yang mesti diambil, terus
berjuang mencapai puncak cita cita, demikian pandangan Pater Beny.
Pater
Beny menyadari bahwa dalam masa studi, kemampuan akademiknya tidak terlalu
menonjol. “Saat sekolah, saya bukan orang pintar, kemampuan akademik
biasa-biasa saja” tutur Pater merendah. Hal ini menjadi bahan refleksi. Dalam
masa studi di di Seminari Hokeng maupun di Seminari Tinggi Ledalero, ketika
menghadapi kesulitan, semuanya dipasrahkan kepada Tuhan. “Kadang
- kadang
saat orang lain lagi tidur atau sibuk dengan aktifitas lain, Saya mengunjungi Sacrament
Maha kudus atau ke Katakombe untuk berdoa dan dalam keheningan itu saya memohon kekuatan,
bimbingan dan petunjuk Tuhan”, ungkap Pater Beny.
Tantangan
lain adalah
gempa bumi
tahun1992, sangat menggoyahkan iman dan melunturkan panggilan. Saat gempa, spontan
melompat dari lantai 3 ke lantai 1 dan melari menyelamatkan diri, pengalaman
ini membuat pikiran terganggu dan rasa takut akan kegagalan untuk mencapai cita
cita. Semua aktifitas menjadi pincang. Belajar di tenda, tidur pun di tenda. “Jangan-jangan
nanti ujian tidak lulus?”, tanya Beny merenung.
Tantangan
itu, menjadi bahan refleksi melihat pribadi dan menilai diri, mau terus atau
mundur, tetapi dalam hati kecil bilang tidak boleh memudarkan niat dan langkah.
Rajin berdoa, mengikuti aturan biara, disiplin dalam segala hal, waktu, dan
lain-lain. “Harus punya komitmen untuk mencapai cita-cita, kuat menghadapi dan
menerobos tantangan.
Pengalaman
dan tantangan terus dievaluasi, yang baik ditingkatkan dan buruk dihilangkan Semua
upaya ini untuk membuktikan bahwa tantangan selalu ada dalam sejarah perjuangan
untuk menggapai cita-cita”, tutur Beny seolah bernasar. Perjuangan panjang
dengan segala aneka tantangan, pada akhirnya berbuah manis, sampai mengantar
Pater Beni pada puncak panggilan hidupnya yaitu pentabisan Imam. Sesudah
beberapa bulan ditahbiskan menjadi Diakon dan tanggal 28 Juli 1999 ditahbiskan
menjadi Imam di Paroki Hadakewa ke 6 temannya Diacon yang lainnya, suatu
peristiwa iman yang sangat istimewah buat Beny dan keluarga serta bagi gereja sejagat
tentunya.
Pater
Beny Leu, SVD ditahbiskan bersama dua rekan alumni SMAN (sekarang SMAN 1
Nubatukan) Lewoleba yaitu P. Dominikus Moi, SVD (misionaris di Taiwan) dan RD.
Paulus Nunang (berkarya di Keuskupan Larantuka). Lagi-lagi ada hal isimewah
dalam karya Tuhan, ada hal unik, luar biasa dan misteri keilahian Allah. Panggilan
menjadi rohaniwan, lasimnya, dibina melalui Seminari Menengah (SMP/SMA), namun
benih panggilan ini setelah tamat SMA. Dalam hati, berkecamuk pikiran, masa kehidupan remaja SMAyang penuh tantangan, namun tetap
memelihara jiwa yang bersih, menepis segala
tantangan untuk melabuhkan pilihan
seturut kehendakNya.
Dalam kaca mata rohaniwan, adalah hal yang biasa,
namun bagi awam adalah luar biasa. “Ada program merekrut calon Seminari dari tamatan SLTA, dan dipublikasikan bahwa bisa langsung ke Seminari
Tinggi pasca pembinaan KPA di SMA Seminari dan lanjutkan ke Novisiat untuk para
calon Rohaniwan dan ke TOR (Tahun Orientasi) untuk Calon Imam Projo”.Lanjutnya,
“Dengan demikian, kata Beny dengan nada harapan.
Beny
dilahirkan dari orang tua kafir dan hidup layaknya warga lain di ujung timur
pulau Lembata Kedang
persisnya di kampung Leutubung desa Atulaleng. Beny sekolah di SDK Leudawan di
Desa Roho, Kecamatan Buyasuri Kedang.
Di
hari yang ada perayaan santu atau santa anak anak yang beragama katolik di bawa
ke Gereja untuk berdoa, Beny kecil bersama teman temannon Katolik diijinkan
bermain bola kaki dengan bahan anyaman pelepah daun pisang yg kering. Sambil menanti teman teman. Sering
Kali ikut teman teman ke Gereja tetapi tidak masuk ke dalam hanya menyaksikan teman
teman berdoa dari samping Gereja. Hal
ini menariknya untuk memeluk agama Katolik, sehingga sesudah tamat SD Beny dibaptis.
Ketertarikan
terhadap agama Katolik dan pilihan menjadi Imam/Pastor semakin bertumbuh saat
di SMP Katolik Don Bosco Aliuroba-Kedang.
Perayaan
Jumat Agung ada ritual jalan salib hidup/tablo, sehingga Beni kecil cukup
merasakan getirnya jalan salib yang dilakoni Yesus menuju bukit Kalvari dalam
kisah penyaliban. Namun, ada tersimpan rasa sukacita, senang dan bahagia,
ketika Veronika mengusap wajah Yesus dan gambar Yesus terpatri pada kain. Disini bertumbuhlah
pengalaman iman yang menghantarnya untuk mengitu Yesus dengan segala
konsekwensinya.
Semua
peristiwa sederhana yang dialami Beny kecil,menumbuhkan benih panggilan yang tersemai dalam jiwanya untuk
mengikuti Tuhan Yesus dan menjawabi panggilanNya. Benih panggilan terus
dirawat, dipupuk dan terus bertumbuh kembang ketika pindah sekolah ke SMPK St.
Pius X Lewoleba dan melanjutkan pada
SMAN Lewoleba. Beny
selalu mengikuti kegiatan pembinaan rohani baik di sekolah maupun di
lingkungan.
Di
SMP mengikuti komunitas Putra-Putri Maria untuk membina kehidupan imannya yang
masih mudah. Komunitas ini didampingi oleh RmFransiskus Kopong Kung, Pr
(Sekarang Uskup Larantuka) ketika dia sebagai Pastor Paroki di
Lewoleba. Hal
ini juga menumbuhkan niat khusus untuk menjadi pekerja di kebun anggurTuhan. Ketika SMA, tinggal bersama nenek Maria Peni, mempunyai andil besar menciptakan suasana kehidupan keluarga Katolik
yang taat pada ajaranNya, termasuk suasana belajar di SMA yang ikut
memupuk benih panggilan.
Nenek Maria mengajak
berdoa pada setiap kesempatan suka dan duka, mengikuti koor di sekolah dan lingkungan serta
aktifitas rohani lainnya. Singkat kisah, tamat SMA, Beny melamar ke KPA di Seminari San Dominggo
Hokeng, selanjutnya ke Novisiat SVD di
Nenuk Atambua dan ke Seminari Tinggi Santu Paulus Ledalero hingga ditahbiskan menjadi Imam SVD
pada tgl 28 Juli 1999. Orang tuanya pun yang ketika itu masih kafir dibaptis, terima
komuni pertama dan menikah di Gereja beberapa bulan sebelum Beny ditahbiskan
menjadi Diakon.
Sesudah
ditabiskan Pastor Beny mendapat
tugas perutusannya di benua Amerika persisnya di Propinsi SVD di Ecuador
Amerika Latin diawal tahun 2000. Setelah belajar bahasa Spanyol selama 1
tahun di kirim ke paroki selama 3 bulan untuk praktek bebicara, pengenalan
budaya dan adaptasi cara hidup orang Ecuador.
Prosesbelajar
tidak mengalami hambatan karenasudah pernah belajar bahasa Latin di di Seminari
Hokong sehingag sudah ada pikiran bagaimana Bahasa Spanol itu. Tempat Kursus
Bahasa Spanol adalah PUSE Pontifice
UniversidadCatolicadel Ecuador. Tahun 2002, Pater Beny ditugaskan sebagai Pastor
pembantu di Paroki Santu Fransiskus Valencia di keuskupan Los RiosSampai
pertengahan tahun 2006.
Bulan
Juli 2006-
2011 Pater Beny
bertugas menangani Animasi misi di provinsi SVD Ecuador, dalam kurun waktu
inilah Pater Beny membentuk Misionaris kaum awam baik untuk orang dewasa MILVED (misioneros laicos del verbo divino) dan untuk anak anak muda dengan
nama Misionaris anak-anak muda JOMVER (jovenes
missioneros verbo divino) yang bermisi ke paroki paroki dan di
daerah-daerah terpencil di Ecuador.
Praktisnya,
pada pekan suci, atau Adent kaum awam ditugaskan ke daerah-daerah terpencil
untuk bermisi (live in) untuk mengajar
Kitab Suci, berdoa bersama komunitas, Novena dan merenungkan pesan Paskah atau
Natal, Sambil memberi nilai nilai hidup yang baik sebagai orang Katolik dalam
hidup bermasyarakat.
Di
sela-sela tugas itu, tahun 2008-2011, P. Beny diajukan menjadi anggota Dewan
Provinsi SVD dan di minta oleh Pater Antonio Pernia Superior General menjadi Koordinator
Animasi Misi Benua Amerika (zona Panam) dan juga dalam tahun yang sama Pater
Beny diminta untuk bergabung dalam Kelompok OMP (Obras Misionales Pontifice) di
Konferensi Wali Gereja Ecuador di bidang Animasi Misi.
Tugas
Pater Beny sebagai coordinator Animasi Misi Panam mencakup semua negara di
Amerika Latin dan Amerika Tengah dimana ada komunitas SVD. Tugasnya memang
berat tapi mengenangkan karena bisa ke berbagai negara untuk pertemuan dan
farmasi. Akhirnya tugas ini diserahkan kembali kepada Pater Gneral untuk
mencari orang lain karena alasan study lanjut.
Bulan
Agustus 2011 ke Amerika Serikat melanjutkan pendidikan S2, namun terkendala
bahasa sehingga sempatkan diri untuk bekerja di paroki sambil mendalami Bahasa
Ingris. September tahun 2019 sampai bulan Mei tahun 2022,
studi S2 Pastoral Theology di Marymount University
di Los Angeles California Amerika Serikat.
Dalam hidup nya sabagai Biarawan dan MisionarisPater
Beny memilih moto tahbisan, ”Aku Ini, Jangan Takut” (Yoh:20:6), menegaskan sikap optimisme
hidupnya supaya jangan takut gagal. “tantangan selalu adakarena itu Tuhan hadir
untuk menolong kita dan memberikan solusi yang terbaik asalkan kita mau dan
tidak boleh takut gagal”, Pater Beny mengurai alasanya.
Dalam percakapan melalui WA, Pater Beny dari Amerika
memberikan pandangan terkait Biarawan/wati asal Indonesia yang bermisi ke luar
negeri banyak yang karya misi mereka sudah menghasilkan buah berlimpah. Hal ini terdengar dari
pengalaman dan kesaksihan umat di berbagai negara dimana Misionaris Indonesia
bermisi.
Dulu
misionaris datang dan mewartakan kitab suci dan keteladanan hidup Yesus di
negara kita tetapi sekarang kita bukan hanya hidup meneladini Tuhan Yesus
melainkan pergi dan mewartakan Kabar Gembira dan menghasilkan buah yang
berlimpah di
negara negara yang dulu nota bene expor misionaris untuk bekerja di Indonesia. Para Misionaris sekarang
bukan hanya berkarya di daerah daerah dimana Injil Tuhan belum terjangkaui
melainkan dimana saja dimana saja ada kesempatan untuk mewartakan Sabda Tuhan.
Jadi Karya misi baru, itu selain mengajarkan kitab suci, para misionaris berupaya
untuk menghidupi imannya dengancara
hidup yang nyata.
Memberikan
kesaksian hidup, seperti memperhatikan orang miskin, memberikan arahan atau
nasihat kepada orang yang meminya, Mengajari oarng untuk membawa satu cara dengan cara hidup yang benar dan baik,mendengarkan
keluh kesah mereka dan berikan kekuatan dalam warta khabar gembira dan kebenaran,
mengunjungi orang sakit, mendengarkan orang-orang yang tak bersuara dan menjadi
suara bagi orang yang tak bersuara termasuk memberikan informasi dan mengurus
dokumen untuk hidup dan bekerja di Negara lain secara resmi, agar umat manusia
merasakan kehidupan nyaman, damai dan
sejahtera, bebas dari tekanan yang membelenggu serta hidup di alam kebebasan
sebagai anak Allah. Lebih jauh,
Pater
Beny menjelaskan, ada 5 dimensi tugas karya misi yang mereka kembangkan sebagai
Misionaris Serikat Sabda Allah, (1) pendalaman kitab suci, (2) animasi misi, (3)
justice dan peace, dan hidup selaras alam dan (4) komunikasi, memanfaatkan
teknologi informasi untuk mewartakan kabar gembira dari Allah melalui media
elektronik dan media massa.
Selain
sebagai Pastor Paroki, Pater Beny juga mengemban tugas lain, seperti memberikanrenungan/kotbah/homily
dalam bahasa Spanyol pada saluranTV world
net dan TV local, mengembangkan
pastoral social seperti memberi makan orang miskin, mengurus orang orang yg
tidak berdokumentasi, membantu mengembangkan hidup Rohani umat dengan cara
mengorganisir retret,
pendalaman Kitab Suci.
Di
ujung percakapan, Pater berpesan bagi kaum muda milineal untuk fokus pada
pendidikan karena sebagai jembatan dan jendela untuk menatap masa depan hanya
dengan satu yaitu pendidikan yang baik dan berorientasi profesional. “Jangan
pernah putus asa. Nekad untuk mencapai cita-cita itu sudah merupakan berkat dan
inspirasi dari Tuhan karena itu harus mempunyai komitmen yang kuat karena Tuhan
pasti akan melimpahkan berkat kepada orang yang taat kepada Nya”, tutur Beny
mengakhiri percakapan.
Tahun ini Juli 2024, Pater Beny merayakan imamt syukur 25 tahun menjalani karya pastoral di tanah
misi Amerika Serikat di Paroki Maria Bunda Allah Atulaleng Kedang kabupaten
Lembata NTT. Selamat
merayakan Pesta Perak Imamat, semoga Pater Beny Leu, SVD sang jubilaris selalu
diberkati dan tetap setia pada panggilannya sebagai orang yang terurapi karena
sudah menjawab ya akan panggilan Tuhan , yang sudah menghadapi berbagai
tantangan dan liku liku hidup sebagai orang
yang terpanggil, dan solusi yang sudah diambil untuk terus hidup sebagai
Imam Tuhan.
(Simon Kopong Seran).
0 Komentar