Mengikuti kegiatan rapat kerja Yayasan
Insan Teratai Sejati, menghadirkan dua nara sumber yang membidik pola mengajar
dan bagaimana menggunakan kecerdasan buatan (AI) dalam dunia pendidikan. Menurut
Bapak Rudi, seorang yang bergerak dalam bidang pendidikan, menyoroti soal peran
guru saat berhadapan dengan anak-anak didik. Anak-anak didik yang dihadapi
setiap tahun tentu berbeda-beda karakternya dan ini yang mendorong para guru
untuk menerapkan pola pendekatan dalam mendidik anak-anak.
Berdasarkan pengalaman yang diterapkan
oleh Bapak Rudi saat menjabat sebagai kepala sekolah di sebuah sekolah di Jakarta,
berhadapan dengan siswa yang bermasalah, seorang guru harus memberikan
pendekatan yang tepat. Artinya bahwa dengan memberikan pendekatan yang tepat dan
humanis, lambat laun, kesadaran siswa yang dianggap “bermasalah” bisa menyadari
kesalahannya dan harapannya bisa mengubah perilakunya. Tantangan-tantangan yang
datang dari siswa-siswi tidak akan selesai, namun justeru tantangan semakin
variatif beriringan dengan perkembangan zaman. Zaman terus berubah maka setiap
guru dituntut untuk berubah dalam pola pendekatan terhadap siswa-siswi.
Dalam dunia pendidikan, tidak hanya
dihadapi pola perilaku anak-anak didik namun juga perkembangan teknologi
mempengaruhi dunia kerja dan pola perilaku manusia. Kehadiran AI (kecerdasan
buatan) menjadi pemicu utama yang berpengaruh pada semua lini kehidupan. Kemunculan
AI, di satu sisi dilihat sebagai keberhasilan ratio manusia, namun memberikan
dampak kecemasan bagi publik. Mengapa manusia cemas saat berhadapan dengan AI? Kecemasan
ini muncul karena sebagian besar pekerjaan manusia digantikan oleh AI. Bapak
Sugi, seorang advokat yang juga sering memberikan materi tentang pendidikan,
menyoroti kehadiran AI membawa kecemasan publik. Namun satu hal yang pasti
bahwa dalam dunia pendidikan, peran guru menjadi penting. Guru tampil untuk menanamkan
nilai dan norma serta keteladanan. Guru, terus diguguh dan ditiru. Sosok guru
tidak bisa tergantikan oleh AI.***(Valery Kopong)
0 Komentar