Pater Peter Tukan SDB
Renungan kita pada hari Minggu
Biasa ke-23 ini ialah: Alam Semesta Tidak Berhenti Tersenyum. Ada seorang bapak
namanya Simon. Pada usia 60 tahun ia mengalami kebutaan pada kedua matanya.
Keluarganya menyadari bahwa biaya operasi mata di rumah sakit terlalu mahal,
sementara itu tidak ada sama sekali uang untuk pembiayaan itu. Maka Simon
tinggal saja di rumah sebagai orang buta. Ia harus selalu di dampingi dan
dituntun.
Ia tidak dapat melihat sendiri
dua anaknya menikah. Putranya menikah satu tahun setelah Simon mengalami
kebutaan. Kemudian putrinya menikah dua tahun setelah itu. Ia hanya bisa
membayangkan betapa indah penampilan anak-anaknya yang berpakaian pengantin dan
mempelai. Betapa suka cita persaudaraan di dalam keluarga besar pada saat-saat
yang penuh kenangan itu yang tidak ia lihat dengan matanya sendiri.
Ia menderita kebutaan itu selama
10 tahun. Pada waktu usianya mencapai 70 tahun, ada mujisat yang terjadi
padanya. Di kampungnya diadakan pengobatan gratis yang dilakukan oleh satu
kelompok dokter dan tenaga medis yang datang dari Jakarta. Simon mendapat
perawatan spesial dan akhirnya ia dinyatakan sembuh. Dokter menyatakan bahwa
pasiennya itu kembali melihat normal dan dijamin ia akan tetap melihat normal
dalam waktu yang lama.
Bagi Simon ini adalah mujisat.
Lalu ia memberikan pernyataan pertama kali setelah dapat melihat normal,
katanya: “Alam semesta ini tersenyum kepada saya. Indah sekali di sekelilingku.
Semua orang tersenyum dan menyalamiku. Mereka datang memeluk erat tubuhku.
Daun-daun bergerak yang ditiup angin memperkuat rasa amat indah di dalam
hatiku. Matahari yang terbit dan terbenam membuat semua makhluk bersuka cita.
Cahaya bulan dan bintang di malam hari selalu membuat saya bahagia. Terima
kasih Tuhan.”
Pengalaman mujisat yang dialami
oleh Simon dapat dikatakan mirip dengan pengalaman orang tuli dan bisu yang
diceritakan di dalam bacaan Injil pada hari ini. Ia mengalami mujisat sehingga
ia kembali mendengar dan berbicara dengan normal. Hanya Tuhan yang dapat
melakukan mujisat itu. Kalaupun dokter sangat berjasa dalam kesembuhan mata
Simon yang buta, sesungguhnya dokter itu adalah representasi Tuhan yang datang
dan menyembuhkan kebutaannya, seperti yang dilakukan oleh Yesus Kristus di
dalam Injil tadi.
Alam semesta dan dunia di
sekeliling kita selalu tersenyum dan berbicara kepada kita. Kita sangat
bergantung pada penyelenggaraan Tuhan untuk melindungi dan memberikan kita
kesehatan mata dan telinga sebagai bagian dari tubuh kita yang sehat. Tubuh ini
selalu dikuduskan oleh Tuhan. Ia harus dijaga, dirawat, dan dijauhi dari semua
gangguan yang membahayakan. Mata dan telinga kita yang sehat dan berfungsi
dengan baik tentu akan membantu kita mendapatkan pesan-pesan istimewa dari alam
yang selalu tersenyum dan berbicara kepada kita. Jangan kehilangan saat-saat
istimewa ketika mata dan telingamu sedang berinteraksi dengan alam yang selalu
menyambutmu setiap pagi.
Marilah kita berdoa. Dalam nama
Bapa ... Ya Tuhan Yesus, buatlah kami penikmat yang baik alam ciptaan-Mu ini
melalui mata dan telinga kami. Bapa kami ... Dalam nama Bapa ...
Renungan kita pada hari Minggu Biasa ke-23 ini ialah: Alam Semesta Tidak Berhenti Tersenyum. Ada seorang bapak namanya Simon. Pada usia 60 tahun ia mengalami kebutaan pada kedua matanya. Keluarganya menyadari bahwa biaya operasi mata di rumah sakit terlalu mahal, sementara itu tidak ada sama sekali uang untuk pembiayaan itu. Maka Simon tinggal saja di rumah sebagai orang buta. Ia harus selalu di dampingi dan dituntun.
Ia tidak dapat melihat sendiri dua anaknya menikah. Putranya menikah satu tahun setelah Simon mengalami kebutaan. Kemudian putrinya menikah dua tahun setelah itu. Ia hanya bisa membayangkan betapa indah penampilan anak-anaknya yang berpakaian pengantin dan mempelai. Betapa suka cita persaudaraan di dalam keluarga besar pada saat-saat yang penuh kenangan itu yang tidak ia lihat dengan matanya sendiri.
Ia menderita kebutaan itu selama 10 tahun. Pada waktu usianya mencapai 70 tahun, ada mujisat yang terjadi padanya. Di kampungnya diadakan pengobatan gratis yang dilakukan oleh satu kelompok dokter dan tenaga medis yang datang dari Jakarta. Simon mendapat perawatan spesial dan akhirnya ia dinyatakan sembuh. Dokter menyatakan bahwa pasiennya itu kembali melihat normal dan dijamin ia akan tetap melihat normal dalam waktu yang lama.
Bagi Simon ini adalah mujisat. Lalu ia memberikan pernyataan pertama kali setelah dapat melihat normal, katanya: “Alam semesta ini tersenyum kepada saya. Indah sekali di sekelilingku. Semua orang tersenyum dan menyalamiku. Mereka datang memeluk erat tubuhku. Daun-daun bergerak yang ditiup angin memperkuat rasa amat indah di dalam hatiku. Matahari yang terbit dan terbenam membuat semua makhluk bersuka cita. Cahaya bulan dan bintang di malam hari selalu membuat saya bahagia. Terima kasih Tuhan.”
Pengalaman mujisat yang dialami oleh Simon dapat dikatakan mirip dengan pengalaman orang tuli dan bisu yang diceritakan di dalam bacaan Injil pada hari ini. Ia mengalami mujisat sehingga ia kembali mendengar dan berbicara dengan normal. Hanya Tuhan yang dapat melakukan mujisat itu. Kalaupun dokter sangat berjasa dalam kesembuhan mata Simon yang buta, sesungguhnya dokter itu adalah representasi Tuhan yang datang dan menyembuhkan kebutaannya, seperti yang dilakukan oleh Yesus Kristus di dalam Injil tadi.
Alam semesta dan dunia di sekeliling kita selalu tersenyum dan berbicara kepada kita. Kita sangat bergantung pada penyelenggaraan Tuhan untuk melindungi dan memberikan kita kesehatan mata dan telinga sebagai bagian dari tubuh kita yang sehat. Tubuh ini selalu dikuduskan oleh Tuhan. Ia harus dijaga, dirawat, dan dijauhi dari semua gangguan yang membahayakan. Mata dan telinga kita yang sehat dan berfungsi dengan baik tentu akan membantu kita mendapatkan pesan-pesan istimewa dari alam yang selalu tersenyum dan berbicara kepada kita. Jangan kehilangan saat-saat istimewa ketika mata dan telingamu sedang berinteraksi dengan alam yang selalu menyambutmu setiap pagi.***
0 Komentar