WAJAH imam satu ini mungkin tidak asing lagi bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) khususnya warga Lamaholot, Flores Timur. Di layar kaca media pemberitaan TV dan kanal-kanal Youtube ia tampil bersama Bapa Suci saat Paus Fransiskus ke Indonesia (3-6 September 2024). Ia dikenal menguasai sejumlah bahasa asing maka ia pun tampil menerjemahkan Paus Fransiskus saat bertemu dengan tokoh-tokoh penting termasuk Presiden Joko Widodo di Jakarta juga dalam rangkaian kegiatan lain saay Bapa Suci berkunjung ke Indonesia.
Saat Bapa Suci Paus Fransiskus tiba di Bandara Cengkareng pada hari Selasa tanggal 3 September 2024 pukul 11.30 WIB, sosok imam pendamping itu bernama Pater DR. Markus Solo Kewuta SVD., Lic.
Dia adalah imam yang mendampingi Bapa Suci Paus Fransiskus dan sebagai penterjemah selama kunjungan Apostolik Bapa Suci Paus Fransikus ke Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste dan Singapura.
Beliau mahir dan fasih berbahasa Arab, Italia Latin, Jerman dan Inggris. Siapakah dia imam yang kerap disapa Padre Marco?
DR. RP. Markus Solo Kewuta, SVD.,Lic merupakan seorang Imam Katolik asal Indonesia pertama yang saat ini menjadi angggota Kuria Tahta Suci Vatikan di Roma.
Pastor anggota tarekat SVD (Serikat Sabda Allah) ini merupakan putera NTT kelahiran Lewouran, Kabupaten Flores Timur, 4 Agustus 1968. Di lingkungan Tahta Suci Vatikan dan paroki tempatnya berkarya, Pater Markus Solo Kewuta lebih dikenal dengan panggilan Padre Marco. Markus Solo Kewuta menghabiskan waktu mengenyam pendidikan dasar dan menengah di tanah kelahirannya Flores Timur.
Mula mula ia menamatkan pendidikan dasar di SDK Lewouran lalu melanjutkan pendidikan menengah ke SMPK Ile Bura Lewotobi dan SMAK Seminari San Dominggo Hokeng Flores Timur.
Selepas SMA, ia kemudian bergabung dengan Serikat Sabda Allah (SVD) dan masuk Novisiat Serikat missionaris tersebut di Nenuk, Timor pada 1988.
Tahun kedua Novisiat dilaluinya di Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Santo Paulus Ledalero, Maumere, Flores, sekaligus memulai tahun pertama kuliah Filsafat.
Setelah menyelesaikan dua tahun Filsafat di Sekolah Tinggi Santo Paulus Ledalero, tahun 1992 ia dikirim bersama seorang teman seangkatannya, Mariano Grace Da Silva untuk meneruskan studi Teologi di Sekolah Tinggi Teologi Katolik Sankt Gabriel di Mödling, Wina, Austria.
Ditahbiskan di Wina Australia
Setelah menyelesaikan studi filsafat dan teologi di Sekolah Tinggi Teologi Katolik Sankt Gabriel di Mödling, Wina, Austria, Markus Solo Kewuta kemudian menjalankan Praktek pastoral (Diakon) selama 6 bulan di Paroki Pischelsdorf, Steiermark, Austria.
Ia kemudian ditahbiskan menjadi imam katolik di Rumah Misi SVD Sankt Gabriel, Wina, Austria pada 3 Mei 1997.
Pada tahun 1997 - 1998 Pastor Markus bekerja sebagai Pastor Pembantu di Paroki Santo Maximilian Bischofshofen, Salzburg, Austria.
Sesuai penempatan dan keputusan pimpinan Serikat SVD di Austria, ia menyelesaikan masa karya di Bischofshofen pada tahun 1999 dan memulai studi Doktoral di bagian Teologi Fundamental di Universitas Leopold Franzens di kota Innsbruck, Austria.
Selama menekuni studi, beliau tetap berkarya sebagai Pastor di Paroki Schwaz dan Paroki Sankt Jodok dan Schmirn di Propinsi Tirol.
Gelar Doktornya diraih pada tahun 2002 dengan predikat Summa cum Laude dengan thesis "Der ostflorinesische Gott und Gott Jesu Christi" - Die Suche nach theologisch-spirituellen Grundsätzen für den Dialog).
Tahun 2002 juga beliau memulai studi Bahasa Arab Klasik pada Dar Comboni Institute di atas pulau Zamalek, Kairo, Mesir, dan menyelesaikannya dengan gelar Licensiat pada tahun 2005 pada Institut Kepausan untuk Studi Bahasa Arab dan Islamologi (Pontifical Institute for Arabic and Islamic Studies, PISAI) di Roma, Italia.
Setelah menyelesaikan studi di Roma, Pastor Markus kembali berbakti di kota Wina, Austria, dan mendapat kepercayaan dari Kardinal Christoph Schönborn untuk memajukan dialog antara umat Katolik dan umat Islam di kota Wina, sekaligus menjadi Pastor Pembantu di Paroki SVD di Alxingergasse di Distrik X kota WIna.
Tahun 2006 Kardinal Schönborn mengangkat Pastor Markus menjadi Rektor Institut Internasional Asia-Afrika (Afro-Asiatisches Institut, AAI) di kota Wina.
Panggilan Tahta Suci Vatikan
Baru beberapa bulan berkarya, beliau mendapat panggilan dari Takhta Suci Vatikan untuk menjadi staf Penasehat pada Dewan Kepausan untuk Dialog Antar Umat Beragama (Pontifical Council for Interreligious Dialogue, PCID) di Vatikan.
Bulan Juli 2007 Pastor Markus resmi bergabung dengan Dewan Kepausan ini dan menangani Desk Dialog Katolik-Islam di Asia dan Pasifik.
Sejak tahun 2015, Pastor Markus yang adalah orang Indonesia pertama di Kuria Tahta Suci Vatikan ini, selain menangani Desk Islam di Asia dan Pasifik, juga dipercayakan sebuah tugas lain, yakni sebagai Wakil Presiden Yayasan Nostra Aetate yang bertugas untuk memajukan Pendidikan Perdamaian dan Pembentukan Duta-duta Perdamaian dari berbagai agama non-Kristiani bertempat di kota Roma dan Vatikan.
Di luar dari tugas-tugas Dialog keagamaan tersebut, Pastor Markus yang memiliki hobby di bagian musik dan olahraga. Sejak tahun 2015, Pastor Markus juga menjadi seorang Cerimonial liturgi dari Paus Fransiskus di Vatikan. (** Konradus R Mangu)
0 Komentar