Nikolaus Boro B
Honihama, Gagas Indonesia Satu.com
SETELAH menyelesaikan pendidikan Perguruan Tinggi di Malang – Surabaya, Fortunatus Lamaile kembali ke Honihama dan disarankan untuk mengabdi di kampung sebagai guru olahraga di SDK Honihama. Ini atas nasihat atau anjuran Nikolaus Boro Bebe (56). Fortunatus Lamaile menanggapi permintaan itu dengan baik dan mengatakan akan mengabdi ‘lewotana’ melalui jalur pendidikan.
Semula ia berpikir meskipun bukan di SDK Honihama ia ingin bekerja di mana pun asal mengabdi di Adonara. “Waktu itu saya melamar di SMP Satu Atap Riangduli sebagai guru walaupun tahu bahwa sudah ada guru olahraga. Karena cukup menunggu belum ada tanggapan saya ke Jakarta untuk mencoba mengadu nasib dan tetap bekerja di jalur pendidikan. Setelah tiba di Jakarta saya mendapat panggilan dari Satap Riangduli dan praktis tidak bisa memenuhinya karena sudah mendapat pekerjaan di sini,’’ kisah Fortunatus Lamaile, saat dihubungi di Jakarta, Senin ( 23 September 2024).
Fortunatus berpikir mengabdi bukan hanya secara fisik di kampung tapi juga lewat jalur pendidikan di sini. Dan sampai kini ia tetap mengabdi di Jakarta sebagai guru olahraga di sebuah sekolah swasta. Kendati di tanah perantaun ia masih tetap mengingat nasihat-nasihat bijak yang sering didengar dari Nikolaus Boro Bebe.
Di Jakarta kadang – kadang ia melakukan kontak langsung dengan Nikolaus Boro sekedar memberikan kabar dan bertanya berbagai informasi. Ia masih mengingat dengan jelas pengalaman sewaktu masih di SMAK Lamaholot, Fortunatus terpilih menjadi pemain sepak bola dari NTT, dan waktu itu mendapat penolakan dari berbagai pihak. Namun Nikalus Boro, menjelaskan kepada kedua dan meyakinkan bahwa sekolahnya baik-baik saja maka keputusannya Fortu tetap mengikuti turnamen, meskipun tidak masuk sekolah selama satu bulan.
Nikolaus Boro Bebe (paling kanan)
Nikolaus Boro menjelaskan kepada orangtuanya bahwa kesempatan ini tidak terulang sehingga Fortu menerima menjadi utusan ikut bermain di Surabaya waktu itu. “Buat saya dia adalah guru yang sangat bijaksana, dan memberikan solusi yang sangat tepat,’’ kata Fortunatus.
Itulah Nikolaus Boro Bebe, yang lahir dari pasangan Romanus Oron Tewa- Mama Solot Kepitan (alm). Setelah tamat di SDK Honihama melanjutkan ke SMPN Witihama ( dulu SMP Gotong Royong) tamat tahun 1985. Setelah itu ia melanjutkan ke Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Kupang. Tamat dari SPG, Nikolaus memilih bersama beberapa orang muda sekampung mengadu nasib dan bekerja sebagai tenaga kerja di Malaysia. Setelah itu ia kembali ke kampung dan tahun 2008 mengabdi sebagai guru olahraga (juga guru kelas) di almamaternya, SDK Honihama. Merasa cukup lama mengabdi di Honihama tahun 2023 Nikolaus Boro memilih untuk berhenti mengajar. –
Di tengah kesibukan sebagai guru di SD Honihama, kisah Fortunatus - - Nikolaus Boro menjadi pembina olahraga di Karang Taruna Berdikari, sebuah organisasi di sub desanya. Melalui postingan facebook putera Honihama, Nikolaus yang adalah seorang guru merelakan waktu mendampingi anak muda giat dalam bidang olahraga bola kaki. Hasil binaannya itu ketika tim terjun dalam turnamen memang penampilan selalu membanggakan.
Waktu yang lain secara struktur sosial, sosok Nikolaus Boro Bebe yang berasal dari suku Kuyouman - -suara mereka cukup didengar ketika masyarakat memberikan kepercayaan kepada mereka dalam memberikan saran-saran baik. Lebih lanjut Fortu bercerita, bulan Juni 2024 lalu saat mengadakan syukuran di rumahnya, Nikolaus Boro Bebe hadir. Saat Fortu menceritakan tentang sekolah bola yang dibinanya di Jakarta, Nikolaus tak bisa menyembunyikan ekspresi kebanggaannya. Ia sangat salut bahwa setelah dibiayai orangtua mesti berkreasi dalam hal bekerja.
Nikolaus memberikan nasihat lanjutan oleh karena bekerja dan berhubungan dengan orang keturunan Tionghoa (Cina) maka perlu menjaga kepercayaan itu. Ini berdasarkan pengalaman yang dialami Nikolaus Boro selama merantau ke Malaysia. Ia meminta Fortu tetap menjaga hubungan baik dengan para orangtua murid karena menitipkan anaknya lewat sekolah bola. Pesannya “Jagalah baik-baik pekerjaan ini,’’ pesan ayah dua anak itu kepada Fortunatus. –
Hidup memang misteri kapan saja Tuhan bisa memanggil pulang. Kamis ( 19 September 2024) Tuhan sungguh memanggil Niko pulang ke rumah BAPA. Sosok guru ini “berpulang” semua merasa sangat kelihangan. Pagi itu ia bersama Tarsi Palan (istrinya) menuju ke Kemoi, kebun milik mereka tak jauh dari pantai nan indah Kemoi. Sekitar pukul 17.00 witeng ia memotong lamatoro untuk memberi makan kambing. Ia telah selesai memotong lalu meminta istrinya mengambil daun tesebut untuk makanan kambing. Karena merasa dadanya sakit ia tidur di pondok, setelah meminta istrinya memberi makan kambing tidak sampai 10 menit berbaring di pondok Niko Boro menghembus nafas terakhir.
Fortu Lamaile
Warga yang mendengar berita itu banyak yang tidak percaya karena sebelumnya Niko tampak sehat-sehat, tidak ada keluhan, sehari sebelumnya sempat mengikuti rapat warga. Namun itulah hidup semuanya ada di tangan Tuhan. “Bebeken” demikian nama itu biasa dipanggil, ia pergi dalam diam, tanpa pesan, tanpa ada nasihat –nasihat bijak lagi. Ia kembali ke rumah Bapa, dengan meninggalkan seorang istri dan dua puteranya yang kala itu sedang berada di Papua. Turut hadir perwakilan angkatan SMPN Witihama, 1985. Selamat jalan, sahabatku, selamat memasuki Jerusalem Baru. *
Konradus R. Mangu, - - - Jakarta
0 Komentar