MASYARAKAT Kota Tangerang dan sekitarnya menanti dengan penuh kegembiraan suatu kegiatan yang dilaksanakan secara berkala. Kegiatan itu adalah prosesi 12 tahunan sekali yang dilaksanakan berkaitan dengan sio Naga tahun ini. Seperti diketahui ajang ini melibatkan hampir seluruh masyarakat kota Tangerang. Akhir –akhir ini panitia pelaksanaan ajang 12 tahunan itu menginformasikan melalui media sosial dan undangan secara luas dilaksanakan kegiatan itu akbar ini.
Prosesi 12 Tahunan YMS (Yang Maha Suci) Kwan Im Hud Coud 2575/2024 berlangsung meriah di Kelurahan Sukasari, Kec. Tangerang, Kota Tangerang, ( Sabtu 21 September 2024). Untuk kegiatan kali ini dihadiri sekitar 34.000 sampai dengan 35.000 an itu melibatkan para petinggi yakni Pengurus Boen Tek Bio (BTB) Tangerang yang dipimpin Ketua Umum, Romo Ruby Santamoko, S.Ag M.MPd, Direktur Perguruan Setia Bhakti dan Perguruan Buddhi Edy Kurniawan, S.E, MM, Direktur Perguruan Setia Bhakti, Herlinawati,ST dan segenap pengurus BTB.
BTB adalah sebuah organisasi keagamaan dan sosial yang dibentuk tahun 1912 oleh warga keturunan Tionghoa di Tangerang. Wadah ini selain bergerak di bidang kemasyarakatan juga dalam bidang pendidikan termasuk Perguruan Tinggi yaitu Universitas Buddhi Dharma.
Sejumlah keterangan yang dihimpun, prosesi ini pertama kali dilaksanakan pada tahun 1856 oleh masyarakat Tionghoa di Tangerang bertepatan dengan Sio /tahun Naga. Maka prosesi ini dilaksanakan juga di tahun Naga (2024) dengan mengusung tema “Bersama dalam Moderasi, Merajut Keutuhan, Multikultural Modernisasi dan Kolaborasi sebagai Wujud misi Visi Kerukunan Bangsa yang Harmonis”. Kegiatan ini diikuti seluruh komunitas/organisasi yang bernuansa lintas agama seperti Islam, Katolik, Hindu, Konghucu dan aliran kepercayaan lainnya.
Menurut sejarahnya prosesi ini sesungguhnya berawal dari kegiatan renovasi Vihara Paduma Utara (BTB) yang terletak di Pasat lama Tangerang. Renovasi dan prosesi pertama kali dilakukan pada tahun 1856 Boen Tek Bio (BTB) sedang direnovasi. Oleh karena direnovasi maka YMS Kwan Im yang kala itu diletakkan Vihara Padum Utara dipindahkan ke Pasar Baru Vihara Nirmala yang terletak di Pasar Baru. Setelah selesai dilakukan renovasi patung YMS Kwan Im dibawa pulang lagi ke vihara Padum Utara. Waktu dibawa pulang tahun 1856 dibawa pulang tidak dipakai Joli, atau dengan kereta tapi hanya dengan berjalan kaki sampai dibawa ke sini (BTB). “Jadi itu pas tahun naga, jadi acara ini kalau pas ketemu Sio Naga, maka acara prosesi itu dilaksanakan lagi,’’ jelas Ko Yong yang adalah seorang pembina Liong pada pagelaran 12 Tahunan di Kalipasir, Tangerang.
Artinya patung YMS Kwan Im itu kembali menempati ruang yang seharusnya diletakan yakni di Vihara Padum Utara, sekaligus lokasi kantor Boen Tek Bio. Oleh karena itu prosesi tahunan ini dirayakan kembali pada tahun ini di bulan September ini. Kalau dulu tidak dipakai joli, sekarang dipakai joli maka akan lebih bagus. ‘’Dalam proses ini yang pertama diarak adalah Kwan Kong (grup Buddha), patung Kwa Im kemudian disusul dengan peserta lainnya, bahkan ada juga dewa yang diusung khusus menjaga jalannya prosesi ini, ‘’tambahnya.
Informasi ini dibenarkan Js Loekman seorang tokoh agama Konghucu. Ia menekankan kegiatan ini lebih kepada kegiatan budaya. Pengajar di sekolah Perguruan Setia Bhakti di Jalan Kisamaun ini menjelaskan prosesi ini dimulai sejak tahun 1856 yang berarti tahun ini ( 2024) prosesi dilakukan untuk 15 kalinya, karena dilakukan sekali dalam kurun waktu 12 tahun.
Rute proses tahun ini yakni melewati Jl. Kali Pasir, pinggir Kali Cisadane selanjutnya belok melewati jalan di depan Masjid Agung Al- Ittihad – Kota Tangerang, kemudian dari situ melintas di depan kantor Pemda Tangerang (lama) selanjutnya di jalur jalan depan Kantor Pegadaian, sampai di depan Gedung Olah Raga (GOR) belok kanan, melintas di depan sekolah Kanaan kemudian di depan Bank BNI belok ke kanan. Seterusnya kembali ke Jln Kisamaun. Peserta prosesi melnuju ke arah Pasar Lama guna meletakan kembali Patung Kwan Im diarak masuk kembali ke Vihara Padum Utara.
Kegiatan ini secara umum bertujuan merajut kebersamaan antar umatberagama. Buktinya keterlibatan prosesi itu ikut hadir dari komunitas lain. Pastor Ignatius Suhardi, SJ (Kepala Paroki Hati St Perawan Maria Tak Bernoda-HSPMTB) Tangerang terlihat dalam acara prosesi 12 tahunan pada hari tersebut. Artinya kegiatan ini tidak hanya komunitas dari Buddha dan Konghucu tapi ada dari Katolik dan Islam dan agama lainnya. Seperti yang disaksikan barisan dari komunitas Katolik ada anak-anak yang menggunakan pakaian suster dan pastor dengan beragam ordo dan komunitas. Selain itu ada kelompok THS –THM, pencak silat khas Katolik. Selanjutnya dari Islam kelompok komunitas marawis dari ibu-ibu yang beragama Islam.
Para peserta yang datang mengikuti prosesi itu dari Bogor, Semarang dan Surabaya dan Kalimantan. Mereka ikut dalam proses Kwan Im yang disiapkan yang beberapa bulan terakhir ini.
Pemerintah kota (Pemkot) Tangerang berkomitmen melestarikan kekayaan warisan budaya. Salah satunya prosesi 12 Tahunan atau lazim disebut Gotong Tuapekong yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) oleh Kementerian penddikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek). Penetapan ini tentu beralasan karena prosesi ini memiliki banyak keunikan. Untuk tahun ini misalnya, menurut sejumlah peserta adalah jumlah terbanyak karena menembus angka hingga 35.000 warga yang datang menyaksikan prosesi 12 tahunan itu.
Konradus R. Mangu
0 Komentar