Beberapa hari belakangan ini
muncul perdebatan dari kalangan para nitizen terkait akun Fufufafa. Akun ini
“diduga” milik wapres terpilih Gibran. Ketika akun ini mencuat di permukaan,
belum terlihat pemilik akun untuk tampil di publik dan mengklarifikasi. Dengan Akun
yang ada di kaskus itu, memperlihatkan rekam jejak yang kurang baik dan lebih
menyerang presiden terpilih dan keluarganya.
Belajar dari pengalaman di atas, penulis mau mengatakan
bahwa setiap orang bertanggung jawab dengan akun yang dibuat dan
mempublikasikan hal-hal baik yang memberikan spirit positif bagi publik. Rekam
jejak seseorang tak akan hapus pada mesin google dan pada moment yang tepat,
pihak lawan bisa menguliti pemilik akun, jika yang bersangkutan selalu
menyebarkan kebencian dan hal-hal negatif lain. Dalam banyak kesempatan, penulis
selalu sampaikan tentang penggunaan media secara bertanggung jawab, khusus
untuk generasi muda. Penekanan penulis pada generasi muda karena penggunaan
media memberikan dampak bagi keberlanjutan hidupnya, terutama pada saat proses
mencari kerja.
Apa hubungannya antara proses rekrutment dalam dunia kerja
dan media sosial? Mungkin banyak orang yang kurang tahu tentang hal ini, namun
bagi para HRD, ketika menerima surat lamaran dan riwayat hidup serta riwayat
pendidikan, hal pertama yang dilakukan adalah mencari rekam jejak digital.
Rekam jejak digital ini menjadi salah satu penilaian kepribadian bagi si
pelamar. Rekam jejak digital bisa dijadikan sebagai gambaran kepribadian
seseorang. Karena itu ketika pihak perusahaan atau instansi lain menerima surat
lamaran dan curiculum vitae, mereka tidak serta merta percaya sepenuhnya pada tulisan itu. Rekam
jejak digital menjadi luapan kepribadian yang otentik dan mendekati kebenaran
yang hakiki. Bijaklah dalam bermedia sosial. Sebarkan nilai-nilai kebaikan
melalui media sosial.***(Valery Kopong)
0 Komentar