Untaian rosario yang digunakan saat berdoa
rosario, memiliki sejarah panjang. Tata cara menggunakan rosario tidak ada
dalam kitab suci. Namun kebiasaan berdoa rosario ini merupakan sebuah tradisi
yang oleh Gereja Katolik diadopsi untuk membantu umat dalam berdoa. Kaum
biarawan-biarawati memulai tradisi doa rosario dengan mendoakan mazmur. Ada 150
Mazmur yang dibacakan namun bagi mereka yang buta huruf, boleh menggantinya
dengan doa 150 Bapa Kami dengan bantuan tali pater noster. Tidak hanya doa Bapa
Kami yang didaraskan tetapi juga umat waktu itu mendaraskan 150 doa Salam Maria
untuk merenungkan peristiwa sedih, gembira dan mulia. Pada tahun 2022, Paus
Yohanes Paulus II menambahkan satu peristiwa lagi, yakni peristiwa terang /
cahaya. Bapa Paus juga menambahkan doa
Fatima, seperti pesan Bunda Maria dalam penampakan di Fatima (1917).
Paus Yohanes Paulus II tentu memiliki dasar
biblis untuk menambahkan peristiwa terang. Menurut Paus Yohanes Paulus II,
misteri Kristus selama pelayanan di
hadapan umum, paling jelas adalah misteri terang. Keinginan Paus Yohanes Paulus
II dalam menyempurnakan peristiwa-peristiwa dalam doa rosario agar memperlihatkan
ringkasan injil. Rangkaian doa rosario memiliki
empat isi penting, yakni peristiwa gembira, sedih, mulia dan terang. Peristiwa
gembira, kita merenungkan bagaimana Bunda Maria menerima kabar gembira dari
malaikat Tuhan. Bunda Maria, dengan segala konsekuensinya menerima tawaran
Tuhan untuk menjadi ibu Tuhan.
Peristiwa terang berasal dari perkataan Yesus.
“Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia (Yohanes 9:5). Paus Yohanes
Paulus II berharap agar kehadiran peristiwa terang bisa menjadi pintu masuk
setiap orang Katolik untuk memahami kedalaman hati Kristus. Tiga peristiwa
lain dalam doa rosario bisa didalami
secara baik apabila peristiwa terang menjadi pintu masuknya. Pada peristiwa
pertama dalam peristiwa terang, yakni Yesus dibaptis di sungai Yordan.
Pembaptisan merupakan tanda solidaritas Yesus terhadap manusia. Ia mau
mengambil bagian dan merasakan dengan kehidupan manusia.
Setelah dibaptis, Ia dibawa oleh Roh Kudus ke
padang gurun untuk menjalani puasa. Di
padang gurun, sebuah ruang pergulatan dan Yesus menghalau tiga godaan setan.
Yesus tetap setia pada misi perutusan-Nya, yakni mewartakan Kerajaan Allah. Ia
tidak tergiur dengan godaan duniawi yang ditawarkan setan. Dalam mewartakan
Kerajaan Allah, Yesus tahu bahwa titik kulminasi dari konsekuensi yang
diterimanya adalah penyaliban diri-Nya. Ia melewati proses penderitaan, wafat,
dikuburkan dan bangkit dari alam maut agar dunia memperoleh terang kebangkitan Kristus.
Dosa dan kegelapan dunia sudah ditebus dengan darah-Nya. Cahaya-Nya
memancarkan terang bagi
manusia.***(Valery Kopong)
0 Komentar