Merenungkan peristiwa gembira, Maria menerima
kabar dari malaikat Tuhan, memperlihatkan betapa Allah menyiapkan Maria agar
tidak ternoda dosa, sejak ia dikandung. Dalam kitab Yesaya, sudah diramalkan
bahwa seorang perempuan muda akan melahirkan Mesias. Ramalan ini mengarah pada
diri Bunda Maria yang berani menerima tawaran dari Allah melalui malaikat
Gabriel. Pada perjumpaan dengan malaikat Gabriel, Bunda Maria dengan lantang
menyatakan, aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataan-Mu. Bunda
Maria menegaskan diri sebagai hamba saat menerima tawaran untuk menjadi ibu
Tuhan. Sebagai hamba, ia tak berdaya di hadapan Allah dan siap melaksanakan
kehendak Allah.
Fiat Voluntas Tua,
merupakan ungkapan kehendak bebas Bunda Maria dan dengan tulus menerima tawaran
Allah dengan segala konsekuensinya. Kita bisa membayangkan, bagaimana Bunda
Maria menolak tawaran Allah saat itu? Jika Ia menolak maka penyelamat tidak
hadir di dunia dan keselamatan belum terpenuhi. Bunda Maria begitu tulus
membuka diri dan bahkan membuka rahim untuk siap mengandung dan melahirkan
penyelamat dunia.
Penyerahan diri secara total pada kehendak
Allah merupakan pintu masuk memaknai peristiwa inkarnasi. Allah, setelah
kejatuhan manusia pertama, memutuskan hubungan dengan manusia namun oleh
inisiatifnya sendiri, Allah mau memulihkan hubungan itu dengan mengutus Sang
Putera ke dunia. Dalam keterputusan relasi antara manusia dan Allah pada
peristiwa kejatuhan Eden, Allah dirasa jauh, transenden. Namun dalam peristiwa
inkarnasi, Allah menjelma menjadi manusia, Ia hadir di antara manusia. Allah
begitu dekat dengan manusia melalui Yesus yang lahir di kandang hewan. Kelahiran-Nya
mengungkapkan keterpenuhan janji Allah pada manusia lewat Yesaya, nabi yang
diutus Allah. Warta suka cita itu terealisasi dalam diri Yesus, Sabda yang
sudah menjadi manusia.
Karena tawaran Allah ditanggapi oleh Bunda
Maria maka jalan kehadiran Mesias menyata. Berawal dari salam, berbuah kebaikan
Allah yang menyata dalam diri Immanuel, Allah beserta kita. Kita belajar dari
kerendahan hati seorang Bunda Maria. Ia pasrah pada kehendak Allah. Seluruh
hidupnya berada dalam rancangan Allah sendiri.***(Valery Kopong)
0 Komentar