Tangerang, Gagas Indonesia Satu.com
WARGA keturunan Tionghoa pasti tidak asing
lagi dengan perayaan kue bulan yang dirayakan setiap tahun. Bagi masyarakat
keturunan sudah pasti mengenal hari raya yang identik dengan kue bulan. Inti dari perayaan ini sebetulnya
adalah kebajikan yang dilakukan merupakan modal baik dalam kehidupan untuk
mnenggapai kehidupan lebih baik. Bagi keluarga besar Perguruan Setia Bhakti, berlamat
di Jl. Kisamaun Tangerang perayaan kue bulan bukan hal yang baru, sejak komunitas
keturunnan bermukim di daerah ini. Maka perayaan ini biasa dilakukan dalam
kegiatan pesembahyangan untuk memperingati Hari Raya Kue Bulan.
Js. Judhi Brata, tokoh agama Konghucu
dalam refleksinya di hadapan siswa-siswi Setia Bhakti, Kamis ( 17 September
2024) menjelaskan tentang makna
pesembahyangan Chang saat Zhongqio. Dijelaskan pada 15 bulan ke-8 Yīnlì adalah saat bulan purnama di pertengahan musim rontok
di belahan bumi sebelah utara khatulistiwa. Kala itu cuaca baik, dan biasanya
rembulan nampak sangat cemerlang.
Saat itu pula para petani sibuk dan gembira karena
sedang berada di tengah musim panen. Hari itu dihayati sebagai saat-saat yang
penuh berkah dan rahmat Tiān Tuhan yang Maha Esa lewat bumi yang mengandung/mengeluarkan air, serta menghasilkan berbagai biji-bijian, buah, dan sayur-sayuran.
Pengajar di SMP Setia Bhakti Tangerang ini menegaskan ia meyakini saat ini pula adalah saat penuh berkah, menjadi saat yang baik kita menyampaikan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena bumi bagian utara khatulistiwa sedang dalam musim panen, dilakukan juga sembahyang kepada Fú-dé Zhèng-shén, Malaikat Bumi) sebagai pernyataan rasa syukur umat manusia atas perawatan, penampungan serta berkah-Tuhan yang diterima melalui bumi.
Kue Zhōng-qiū
Yuè-bĭng Hokkian: tiong-chiu goeh-Ṗia:‘kueh bulan pertengahan musim rontok’) adalah sajian khusus-nya. Kue ini fisiknya bundar sebagai
lambang bulat dan cemerlangnya rembulan. Rembulan itu -seperti juga bumi- melambangkan sifat Tài-yīn (太陰 sifat Negatif
Besar). Maka kue Zhōng-qiū
Yuè-bĭng yang melukiskan rembulan dan bumi:
adalah juga melambangkan Malaikat Bumi: Fú-dé Zhèng-shén.
Upacara Sembahyang
Besar Qiū-cháng ini, hendaknya umat meyakini, menyadari, bahwa
ke-Maha Besaran dan ke-Maha Pengasihan Tuhan dengan segenap
karunia- Nya itu hendaknya mendorong
dan meneguhkan iman kita untuk selalu menjunjung dan memuliakan Kebajikan.
Kita perlu kembali menyadari dan mengingat-ingat makna kata “Fú-dé Zhèng-shén yang dapat pula berarti sebagai:
Malaikat Sejati (Zhèng-shén)
yang Membawakan Berkah atas Kebajikan
Perlu diketahui pula bahwa menghormati dan bersembahyang
kepada malaikat Fú-dé Zhèng-shén akan mengingatkan kita pada sabda
Nabi Kewajiban Yī Yĭn satu sabda
juga bertema kebajikan, sebagaimana terdapat dalam kitab Shū-jīng yang berbunyi: ‘Sungguh milikilah yang satu-satunya,
yaitu kebajikan, karena itulah yang
benar-benar berkenan kepada Tuhan’ (xián yŏu yì dé, kè xiǎng Tiān xīn). ‘Jangan
berkata bahwa Tuhan memihak kepadaku, tetapi
sesungguhnya Tuhan hanya melindungi kepada yang satu itu, yakni kepada kebajikan yang
esa-murni’
Seperti diketahui kue bulan sesuai dengan sejarahnya berkaitan
dengan perjuangan Bangsa HAN melawan para penjajah Mongol, Cu Gwan Chang seorang jendral pemimpin
pemberontakan melawan bangsa Mongol, dimana Kue Bulan
dipergunakan sebagai bekal dalam peperangan melawan Mongol. Pada satu ketika kue
bulan juga dipergunakan untuk
mengirim surat rahasia kepada pejuang-pejuang bangsa Han untuk serempak
melakukan penyerangan. Kue ini dipandang
berjasa untuk bangsa Han yang berhasil memenangkan peperangan melawan Monggol.
Maha Besarlah Huángtiān yang senantiasa mengaruniakan kita berkah dan karunia- Nya melalui Bumi, maka kita ungkapkan syukur pula kepada malaikat Fú-dé Zhèng-shén. Demikian
juga kita syukuri
pentingnya tuntunan rohani dan keteladanan kebajikan Nabi
kewajiban Yī Yĭn.
Semoga dengan persembahyangan kali ini, akan semakin
meneguhkan kita untuk hidup dalam kebajikan. Marilah yakin pula bahwa
dalam Jalan Suci maka berkah dan rakhmat serta
penyertaan Huángtiān akan selalu teranugerahkan kepada kita semua.
*** Konrad R. Mangu
S
0 Komentar