Beberapa
hari lalu, seorang teman mengikuti pelatihan menulis yang diselenggarakan oleh
sebuah penerbit ternama. Para peserta pelatihan itu senang mengikuti seluruh
kegiatan, namun ada beban yang menyiksa ketika setelah pelatihan menulis, para
peserta dikasih tugas untuk menulis. Kebanyakan mereka yang adalah guru, namun
minat menulis masih tergolong minim. Atas informasi yang terkesan
menggelisahkan ini, membuat penulis bertanya diri. Apakah menulis itu sulit?
Ini pertanyaan sederhana namun menukik karena sebagian besar orang ketika
diminta untuk menulis, entah karya tulis ataupun skripsi dan tulisan-tulisan
populer lainnya, seakan ada penolakan batin.
Kebanyakan
orang begitu alergi dengan menulis. Ada yang mengatakan bahwa menulis itu sulit
karena harus menuangkan gagasan yang menguras pikiran. Beberapa kali memberikan
pelatihan jurnalistik, biasanya saya mengawali pembicaraan dengan mengutip
beberapa kalimat dari para penulis terkenal, sekedar untuk membangun semangat
bagi para peserta. “Menulis berarti menghidupkan apa yang tampak mati atau
terabaikan bagi kebanyakan orang.” Schreiben ist die toten erwecken,”
kata orang Jerman.
Dengan
menulis berarti setiap orang menghidupkan kembali pengalaman masa lampau yang
mungkin sudah dilupakan. Tulisan-tulisan menarik dengan pemilihan diksi yang
tepat, seakan menggiring kesadaran setiap pembaca untuk terlibat dalam situasi
yang sudah terlewatkan itu. Hanya dengan menulis, sebuah peristiwa dibangkitkan
kembali maka ingatan publik turut dibangkitkan untuk mengenang peristiwa yang
sudah terjadi itu. Banyak peristiwa di sekitar kita yang belum tersentuh oleh
pena-pena para penulis. Peristiwa-peristwa itu menggugah kesadaran kita untuk
menulis.***(Valery Kopong) bersambung...........
0 Komentar