Unordered List

6/recent/ticker-posts

Menulis itu Gampang # 3

 


Di mata para filsuf, menulis berarti memberikan ruang pergerakan ide, gagasan dan bahkan mengalirkan kegairahan hidup. Dengan menulis berarti menghidupkan kembali sebuah peristiwa, memberikan nyawa terhadap peristiwa itu. “Memberikan nyawa” terhadap sebuah peristiwa yang telah mati dan dilupakan berarti memaknai kembali secara baru terhadap sebuah peristiwa dan peristiwa itu hidup dalam cerita-cerita masyarakat.  

Nietzsche, filsuf eksistensialis, memberikan pernyataan tentang menulis secara mengejutkan, melampaui daya pikir manusia pada umumnya. Menurut  filosof Nietzsche,  ‘menulis dengan darah’, dengan kesadaran dan keterlibatan demi kepentingan yang lebih besar. Secara gamblang, orang memaknai pernyataan ini sulit dimengerti. Memahami pernyataan filsuf ini, memunculkan banyak spekulasi terkait makna di balik pernyataan itu.

Bagaimana orang menganalogikan menulis dengan darah? Analogi ini memberikan sebuah gambaran tentang menulis menjadi menarik karena dalam proses menulis, berarti seorang penulis sedang mengalirkan darah untuk menghidupi sebuah kisah. Analogi sederhana bahwa seorang manusia yang hidup, tentu ada aliran darah secara normatif. Dengan aliran darah secara baik maka memberikan jaminan kehidupan bagi manusia.

Menulis, sebuah cara untuk memberi “nyawa” dengan pemilihan diksi yang tepat dan menarik. Kata-kata yang tepat untuk mengungkap sebuah kisah, menggiring kesadaran pembaca untuk tetap menjiwai sebuah tulisan. Menulis dengan darah, dengan nadi kehidupan.***(Valery Kopong) Bersambung....

Posting Komentar

0 Komentar