Pastor Peter Tukan, SDB
Tema renungan kita pada hari Minggu ke-2 masa biasa ini
ialah: Hidup Yang Berisi, Bukan Kosong. Penciptaan alam semesta oleh Tuhan yang
maha kuasa adalah dari ketiadaan, kehampaan, kosong. Tuhan tidak perlu bahan
dasar atau materi mentah. Ia hanya memakai Sabda-Nya, dengan cukup menyebutkan
barang itu untuk berada, maka beradalah dia. Maka sejak terjadinya penciptaan
itu, seluruh isi langit dan bumi membentuk apa yang disebut creature beings,
atau ciptaan.
Dengan demikian hidup dan keadaan alam semesta ialah berisi, bukan kosong. Hidup kita sebagai manusia ada isinya, tak ada satu pun manusia yang kosong atau hampa. Meskipun psikolog Schopenhauer mengatakan bahwa pribadi manusia itu bagai kertas kosong, ini tidak sepenuhnya benar. Ia tidak melihat manusia dalam keseluruhan dirinya. Ia hanya melihat dari segi kognitif saja.
Walaupun entah gurauan entah sindirian serius misalnya di dalam diskusi, seseorang dicap kepalanya kosong untuk mengatakan bahwa ia bodoh sekali, anggapan ini juga sebenarnya tidak benar. Ia hanya melihat diri manusia pada satu aspek saja. Padahal pribadi secara keseluruhan adalah jasmani dan rohani, serta seluruh sejarah hidupnya. Jadi hidup kita sebenarnya berisi dan bukan sekedar bodoh, kurang pengetahuan, keterbelakangan atau kelemahan lainnya.
Hidup kita sangat berisi, atau lebih tepat diri kita sebagai manusia sangat berharga antara lain didasarkan pada alasan-alasan penting yang merupakan pengajaran dari ketiga bacaan dan mazmur tanggapan pada hari ini. Ungkapan terkenal dari Mazmur 8 ayat 5 menyebutkan bahwa begitu spesialnya manusia sehingga Tuhan Allah memperhatikannya. Ini diperkuat lagi seruan mazmur tanggapan hari ini bahwa kemuliaan dan kehebatan Tuhan dinyatakan dalam setiap manusia dan suku bangsa.
Hidup dan diri kita sungguh berisi dengan hikmat Allah, atau wisdom, karena seperti yang dikatakan nabi Yesaya, Tuhan menjadikan diri kita masing-masing berkenan kepada-Nya sebagai kekasih-Nya. Ini bagaikan perkawinan pria dan wanita. Diri kita sungguh spesial maka Tuhan memilih untuk bersama kita. Dengan lebih spesial lagi, di dalam diri kita dikaruniakan talenta dan panggilan-panggilan yang sangat pribadi. Maka seorang imam mengambil bagian imamnya Tuhan. Seorang pendoa dan pembawa mujizat mengambil bagian kuasa mujizatnya Tuhan. Seorang pekerja dan pelayan mengambil bagian Tuhan sebagai pekerja dan pelayan.
Hidup dan diri kita berisi karena kita dibaharui dan terus-menerus berada dalam pembaharuan demi mencapai kesempurnaan. Kita bagaikan anggur baru yang dibaharui dari air atau dari anggur lama, dan akan terus-menerus demikian.** Peter Tukan , SDB
0 Komentar