Unordered List

6/recent/ticker-posts

Sang Sabda

 


Melatih diri berbicara di hadapan publik merupakan sebuah keharusan. Banyak hal yang perlu dipersiapkan terutama membaca buku-buku sumber yang akan digunakan sebagai referensi dalam mempersiapkan sebuah tema. Secara pribadi, penulis sendiri biasanya diminta untuk membawakan renungan (Katolik) pada beberapa moment, seperti doa syukur dan juga pada moment mengenang kematian. Persiapan tema yang digunakan pada moment penting itu menjadi sebuah tuntutan agar renungan yang saya bawakan bisa memberikan penyegaran rohani bagi umat yang hadir. Renungan yang baik memberikan dampak pada para pendengar dan bisa menyulut kesadaran mereka untuk memaknai hidup. Sebuah renungan yang baik tentu lahir dari sebuah proses yang panjang.  

Pengalaman yang dialami selama ini, penulis sendiri tidak mempersiapkan renungan secara tertulis. Harusnya setiap renungan yang akan dibawakan itu disiapkan secara tertulis, namun secara pribadi saya tidak pernah menyiapkan secara tertulis. Satu alasan sederhana, mengapa saya tidak membawakan renungan secara tertulis, yakni supaya saya lebih leluasa berbicara dan tanpa harus terikat pada teks. Walaupun tidak disiapkan secara tertulis, namun secara pribadi saya menyiapkan inti pokok permenungan itu dengan baik. Selain itu, jika renungan-renungan  saya siapkan secara tertulis maka saya tentu tergoda untuk menggunakan renungan yang sama itu pada waktu yang berbeda. Dengan tidak menyiapkan secara tertulis, mendorong saya secara pribadi untuk melihat secara jeli di balik teks kitab suci yang menjadi sumber inspirasi. Kitab suci memiliki makna yang begitu kaya, dan kekayaan itu perlu digali secara mendalam.      

Bagaimana strategi menyiapkan renungan?  Langkah pertama mencari teks Injil yang akan digunakan sebagai sumber permenungan berdasarkan tema. Setelah menemukan teks, saya berusaha membaca dan merenungkan teks itu. Saya mencoba untuk menafsir teks itu agar pesan yang disampaikan oleh Yesus bisa mengena dengan peristiwa yang dihadapi oleh umat saat ini. Kitab suci menyajikan banyak hal ketika diperhadapkan dengan persoalan-persoalan hidup manusia. Kitab suci sebagai pergulatan dan sekaligus mempertegas realitas hidup yang sedang terjadi saat ini.

Memang, tanpa inspirasi dari kitab suci, sebuah renungan itu terasa hampa, garing tanpa makna. Permenungan dengan terinspirasi dari kitab suci, memberikan daya magnetis dalam memaknai kehidupan dan bahkan sanggup menyeret pendengar untuk mendekatkan diri dengan sang Sabda.  Tentunya, seni berbahasa dari seorang pembawa renungan dan pemilihan diksi yang tepat, sanggup menarik pendengar untuk setia menyendengkan telinga dan melumat makna renungan itu. ***(Valery Kopong)

Posting Komentar

0 Komentar