Masita Meme Laot Rianthoby
Jakarta, Gagas Indonesia Satu.com
APAKAH Anda ingin mengetahui kehidupan sosial khususnya keagamaan di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Bicara mengenai hal yang satu ini sesungguhnya orang-orang yang berada di luar Flores Timur - - perlu belajar dan mengenai kehidupan toleransi beragama di wilayah yang sering dijuluki Nusa Bunga ini.
Karyawati sebuah BUMN di Jakarta, Masita Meme Laot Rianthoby mengatakan konsep pemahaman Islam antara di
Adonara (Flores), NTT dan Islam di
Jakarta ternyata sungguh jauh berbeda. Hal yang paling kecil, sederhana, kalau orang Flores
(Adonara) Islam boleh memelihara hewan piaraan seperti anjing sedangkan umat
Islam di jakarta, memelihara anjing dianggap “haram”.
Demikian dikatakan Masita, perempuan asal Lambunga
Adonara, Sabtu (8 Februari 2025) yang
bekerja sebagai karyawan sebuah bank di Jakarta menanggapi pertanyaan adanya
perbedaan konsep Islam di Adonara dan Islam di Jakarta pada umumnya.
Lebih lanjut Masita menjelaskan sesungguhnya kehidupan
toleransi antarumat beragama di sana,
kawasan Indonesia Timur, lebih khusus di Adonara itu selalu menjadi sorotan
yang positif, karena selalu hidup rukun
selalu berdampingan. ‘’Maklum kita hidup di sana dengan dua agama besar
Islam dan Katolik yang merupakan warisan leluhur,’’ kata perempuan kelahiran
Lambunga, tahun 1989. ini
Bahkan ia menceritakan ayahandanya seorang Msulim yang
taat, tapi memiliki saudara- saudari ada yang berbeda agama seperti Katolik.
Sementara ibundanya yang berasal dari Desa Adonara, Danau Kota Kaya, Adonara Barat, termasuk pamanya semuanya
beragama Muslim yang selalu didoktrin
dengan nilai-nilai Muslim yang fanatik, tapi karena sudah masuk dalam
keluarga ayahnya maka sedikit menjadi lebih lentur. Dalam lingkungan
keluarganya ada ungkapan yang menyebutkan “Bagiku agamaku, bagimu agamamu”.
Meskipun demikian di mata Masita hal yang paling
mendasar adalah manusia itu harus saling menghormati dan menghargai. Itu yang menjadi point
penting. ‘’Kamu boleh pergi ke Mekkah bolak-balik, atau setiap Minggu ke gereja
untuk beribadah tapi tidak memiliki sikap saling menghormati dan saling menghargai itu berarti sikap
beragamamu (maaf, seperti binatang)’’ Kata Bendahara Ikataan Keluarga Besar Tite Hena Jakarta ini.
Soal toleransi, Masita
Meme menceritakan di Desa Lambunga, Kec. Klubagoloit- Flores, NTT ada
dua masjid dan satu Gereja Katolik. Ketika Muslim merayakan Idulfitri maka umat
Katolik membantu menjaga keamanan sebaliknya kalau umat Katolik merayakan
Christmas (Natal) maka umat Islam ikut membantu menjaga keamanan di sana,
semuanya itu tidak ada masalah, hidup rukun.
Fenomena lain, ketika seorang wanita Katolik mendapat
jodoh dengan pria Muslim ia boleh menjadi Muslim juga sebaliknya kalau pria
Katolik menikah dengan Muslim, kemudian menjadi Katolik, itu soal pilihan dan
kesepakatan antarpasangan.
Masita Meme yang menyelesaikan SMA Katolik St. Gabriel
di Kalimantan itubahkan mengatakan, rasanya percuma belajar agama dengan macam
– macam dalil tapi tidak memiliki nilai saling menghargai maka itu suatu yang
memprihatinkan.
‘’Hidup ini mesti yang dilihat adalah Ramhat Allah.
Orang-orang yang dimuliakan Allah itu adalah bukan hanya ibadah tapi setiap
orang yang melakukan kebaikan untuk sesama adalah balasan atas Ramhat Allah
itu. Sebaiknya manusia ia mesti menjadi Rahmat bagi sesama,’’ ungkap lulusan
Universitas Merdeka Malang, ini.
Para pemimpin negeri ini mesti komitmen menjaga
bersama agar hidup toleransi tetap terawat. Bersamaan dengan pemimpin
Flotim, Anton Doni Dihen – Ignas Uran, dilantik besok
(20/02/2025) berharap kondisi wilayah ini makin baik, damai dan bersama –sama
mengusahakan kesejahteraan bersama. ***
Konradus R. Mangu
0 Komentar