Unordered List

6/recent/ticker-posts

Memeluk Rindu

(Catatan untuk yang pergi selamanya)

 

        Mamaku meninggal pada tanggal 2 Januari 2025.  Peristiwa ini sangat mengagetkan kami dan memukul mental kami, terutama anak-anaknya. Dari kematian ini kita bisa belajar bahwa banyak hal yang membuat kita terpuruk.  Dengan kematian, membuat kita semakin merasa kehilangan akan orang-orang yang kita cintai.  Dengan kematian berarti kita menyadari bahwa hidup ini ada batasnya.  Dengan kematian, saya mengalami bahwa hidup ini ternyata tidak abadi. 

Dengan kepergian mama saya ini pada akhirnya, saya coba untuk menggali apa yang diceritakan selama hidupnya di dunia ini ketika ayahnya meninggal dunia dalam peristiwa tenggelamnya perahu yang mereka tumpangi dalam perjalanan menuju Pulau Ambon.  Di sana mereka mengalami kecelakaan, perahu dihantam ombak dan pada akhirnya penumpang turut tewas tenggelam,  salah satunya adalah kakek kami sendiri.  Kematian kakek ini berarti mama saya waktu itu masih kecil harus hidup dengan adiknya dan mereka hidup di tangan keluarga om yang ada di Ongabelen.

Peristiwa tenggelamnya ayah dari mamaku yang berujung pada kematian,  berarti mereka merasa kehilangan akan sosok seorang ayah sejak mereka kecil. Semasa hidupnya tidak mengenal secara detail wajah ayahnya, dan bahkan meninggal pun, ayahnya tidak punya kuburan. Kuburannya adalah lautan Banda yang ganas. Dengan  peristiwa ini mereka belajar untuk tumbuh sebagai seorang anak yan
g tangguh.  Mereka belajar untuk tumbuh sebagai seorang anak yang bertanggung jawab tentang hidup dan pada akhirnya peristiwa ini menyentak kesadaran mereka untuk memandang bahwa hidup ini tidaklah mudah.  

Dengan kehilangan ayah mereka pada saat ketika mereka masih kecil membuat mereka hidup dalam serba keterbatasan. Hidup tidak semudah membalik telapak tangan. Dalam kondisi yang serba terbatas, mereka menyadari akan masalah ekonomi yang menopang kehidupan mereka.

Apakah dengan kehilangan seorang figur ayah ini membuat mama hidup egois? Jawabannya, tidak! Justeru dalam keterbatasan itu, mereka menyadari, betapa banyak tangan (terutama pihak omnya di Ongabelen) yang memberikan tumpangan untuk hidup. Kebaikan orang lain yang mereka terima semasa kecil, memberikan pelajaran hidup untuk terus memancarkan kebaikan yang sama pada orang lain. Seingat saya, mama bersama ibunya memelihara salah seorang anggota keluarga yang kehilangan ibunya saat melahirkannya. Rasa empati terbangun dari pengalaman hidup.***(Valery Kopong) Bersambung......  

 


Posting Komentar

0 Komentar